Upgrade to Pro — share decks privately, control downloads, hide ads and more …

PIT PAAI 2022 - ANALISIS KUALITAS DAN KERENTANA...

PIT PAAI 2022 - ANALISIS KUALITAS DAN KERENTANAN AIR TANAH TERHADAP PENCEMARAN PADA DAERAH KERTASARI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT

PIT PAAI 2022 - ANALISIS KUALITAS DAN KERENTANAN AIR TANAH TERHADAP PENCEMARAN PADA DAERAH KERTASARI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Suryajaya, Fachrul Arief; Susanto, Arif; Irawan, Dasapta Erwin

ANALISIS KUALITAS DAN KERENTANAN AIR TANAH TERHADAP PENCEMARAN PADA DAERAH KERTASARI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT

Fachrul Arief Suryajaya1*
Arif Susanto2
Dasapta Erwin Irawan3
1Prodi Magister Teknik Air Tanah, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha No.10, Bandung 40132, Indonesia
2Kelompok Keahlian Petrologi, Volkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha No.10, Bandung 40132, Indonesia 3Kelompok Keahlian Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha No.10, Bandung 40132, Indonesia, *[email protected]

Daerah Kertasari dan sekitarnya dipilih sebagai daerah penelitian karena mayoritas mata pencaharian penduduk sekitar merupakan pekebun dan petani yang mana ketika aktivitas penggunaan pestisida pada perkebunan dapat mencemari sistem akuifer setempat. Sistem hidrogeologi daerah ini memiliki sistem endapan gunungapi, jenis akuifer yang menjadi objek penelitian merupakan akuifer bebas dengan satuan Akuifer Breksi Kencana, Akuifer Breksi Kendang, Akuifer Breksi Papandayan, Akuifer Breksi-Tuf Wayang, Akuifer Breksi-Tuf Windu, Akuifer Rekahan Andesit Pasir Panjang, Akuifer Rekahan Andesit Wareng, dan Akuifer Tuf Kendang. Hasil Analisis Kualitas Air Tanah menunjukkan bahwa semua mata air dan sumur masih layak minum berdasarkan pH, TDS, dan Salinitas. Berdasarkan permenkes No.492 tahun 2010 pasal 3 ayat 1 tentang baku mutu air minum, nilai pH dan TSD yang memenuhi baku mutu air minum berjumlah 9 titik mata air dan berdasarkan nilai salinitas dari semua titik mata air air tanah pada daerah penelitian merupakan air tawar.

Kerentanan air tanah menggunakan metode susceptibility index (SI) melibatkan 5 parameter yaitu kedalaman muka air tanah(D), Imbuhan air tanah (R), media akuifer (A), Topografi (T), dan Tata Guna Lahan (LU). Nilai SI dibagi menjadi lima kelas, kerentanan sangat rendah dengan tingkat kerentanan 22.74-32.79, kerentanan rendah dengan tingkat kerentanan 32.79- 42.85, kerentanan sedang dengan tingkat kerentanan 42.85-52.90, kerentanan tinggi dengan tingkat kerentanan 52.90-62.95, dan kerentanan sangat tinggi dengan nilai kerentanan 62.95- 73.00. Daerah penelitian didominasi dengan tingkat kerentanan tinggi yang di validasi dengan kondisi mata air yang berubah warna, keruh, dan memiliki pH rendah yang disebabkan oleh kegiatan antropogenik.

Kata kunci: Kertasari, hidrogeologi gunungapi, kualitas air tanah, parameter fisik, kerentanan, pencemaran, susceptibility index (SI).

Dasapta Erwin Irawan

November 09, 2022
Tweet

More Decks by Dasapta Erwin Irawan

Other Decks in Research

Transcript

  1. Fachrul Arief Suryajaya1* Arif Susanto2 Dasapta Erwin Irawan3 1Fakultas Ilmu

    dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung 2Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung 3Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung *[email protected] Analisis Kualitas dan Kerentanan Air Tanah Tak Tertekan terhadap Pencemaran pada Daerah Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-6 PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PAAI) BANDUNG, 8-9 NOVEMBER 2022
  2. Kerangka Presentasi 01 02 03 04 05 Pendahuluan Hidrogeologi Analisis

    Kualitas Air Tanah Analisis Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran Kesimpulan
  3. Latar Belakang Kebutuhan air bersih meningkat karena peningkatan jumlah penduduk.

    Kegiatan Agronomi (pertanian dan perkebunan yang intensif di daerah ini Masyarakat sekitar masih bergantung terhadap air yang didapatkan dari mata air yang belum ditampung pada bak penampungan tertutup beserta tanpa pengelolaan yang baik. Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2021
  4. Tujuan Mengetahui kondisi hidrogeologi daerah penelitian Mengetahui kualitas air tanah

    berdasarkan pH, TDS, dan salinitas Memetakan tingkat kerentanan terhadap pencemaran dengan metode Susceptibility Index
  5. Hidrogeologi • Daerah penelitian berdasarkan kondisi geologi termasuk Tipologi Sistem

    Akuifer Endapan Gunungapi. • Berjenis akuifer tak tertekan/bebas dan dibawahnya berupa lapisan pembatas akuiklud. Tipologi Sistem Akuifer Endapan Gunungapi (Mandel, 1981) Akuifer tak tertekan/bebas (Kruseman, 1994)
  6. Hidrogeologi • Berdasarkan Fetter(2014), daerah penelitian memiliki 2 jenis mata

    air yang terdiri dari mata air depresi dan mata air rekahan.
  7. Hierarchical Clustering Air Tanah Hasil hierarchical clustering menunjukkan bahwa sampel

    dibagi menjadi 2 cluster, yaitu cluster mesothermal (Air Dingin) dan hyperthermal (Air Panas).
  8. Distribusi Sifat Fisik Air Tanah • Distribusi data beserta hasil

    cluster pH Hyperthermal Mesothermal TDS Hyperthermal Mesothermal Salinitas Hyperthermal Mesothermal
  9. pH • Berdasarkan permenkes No. 492 tahun 2010 pasal 3

    ayat 1, air minum aman bagi Kesehatan apabila persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter. Parameter pH kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 6.5 – 8.5.
  10. TDS • Berdasarkan permenkes No. 492 tahun 2010 pasal 3

    ayat 1, air minum aman bagi Kesehatan apabila persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter. Parameter TDS kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 500 ppm.
  11. Salinitas • Menurut Purwanti dkk (2006), penggolongan atau klasifikasi tingkat

    keasinan air tanah untuk parameter salinitas terbagi atas air tawar dengan nilai salinitas <0.5‰, air payau 0.5-30‰, air asin 30-50‰, dan air laut >40‰.
  12. Susceptibility Index (SI) • Kerentanan airtanah merupakan kemampuan suatu airtanah

    dalam bertahan terhadap polusi dan kontaminan pada permukaan tanah sampai dengan muka air tanah atau pada daerah akuifer (Harter dan Walker, 2001). • Salah satu metode yang digunakan adalah Susceptibility Index (SI) yang merupakan pengembangan dari metode DRASTIC oleh Ribeiro dkk. (2000). • Dalam metode SI, terdapat 4 asumsi utama: 1. Kontaminan muncul dari permukaan 2. Kontaminan masuk kedalam tanah akibat adanya presipitasi 3. Kontaminan memiliki kemampuan berpindah layaknya air 4. Area yang dievaluasi ≥0,4 km2 • Parameter yang digunakan dalam metode SI adalah: Kedalaman MAT (D), Imbuhan Airtanah (R), Media Akuifer (A), Topografi (T), dan Tata Guna Lahan (LU) (Bartzas., 2015). • Nilai dari setiap kelas pada parameter SI merupakan nilai dari kelas pada metode DRASTIC dikalikan dengan 10. Pembobotan parameter SI (Ribeiro (2000) dalam Bartzas dkk., 2015). Indeks SI = Dr Dw + Rr Rw + Ar Aw + Tr Tw + LUr LUw
  13. Semakin dekat MAT terhadap permukaan, semakin mudah kontaminan untuk mencemari

    tanah, begitu pula sebaliknya (Aller dkk., 1987; Bartzas dkk., 2015). Presipitasi merupakan salah satu sumber pemasok air tanah, sehingga semakin tinggi curah hujan, semakin banyak pula jumlah kontaminan yang dapat menginfiltrasi tanah dan mencemari air tanah (Aller dkk., 1987). Imbuhan Air Tanah (R) Kedalaman MAT (D)
  14. Semakin tinggi permeabilitas suatu batuan, semakin mudah suatu kontaminan untuk

    bergerak bebas dalam air tanah, sehingga semakin tinggi juga bobot penyumbang nilai kerentanan air tanah terhadap pencemaran (Aller dkk., 1987). Faktor kemiringan lereng mengontrol seberapa mudah kontaminan untuk menginfiltrasi tanah, semakin curam kemiringan lereng membuat kontaminan semakin lama menjadi limpasan di permukaan (Aller dkk., 1987). Kemiringan Lereng (T) Media Akuifer (A)
  15. Tata Guna Lahan (LU) Tataguna Lahan Nilai (SI) Area Pertanian

    Tanaman semusim, sawah 90 Tanaman permanen 70 Area pertanian homogen 50 Padang penggembaraan dan wilayah agroforesti 50 Area Buatan Industri penghasil limbah, area pembuangan sampah 100 Area tambang, galangan kapal, penambangan terbuka 80 Area perkotaan, bandara, Pelabuhan, stasiun kereta api, area aktivitas industri dan komersil, ruang terbuka hijau 75 Area semi urban dan permukiman 70 Area Alami Ekosistem perairan (rawa, laguna, zona pasang surut) 50 Hutan dan zona semi alami 0 Badan perairan 0 Tabel nilai tata guna lahan (Ribeiro dalam Bartzas dkk., 2015).
  16. Validasi Lapangan • Berdasarkan peta kerentanan tercemarnya air tanah, daerah

    penelitian didominasi oleh tingkat kerentanan sedang dengan nilai 42.85-52.9. Litologi dominan berupa batuan piroklastik yang memiliki porositas dan permeabilitas tinggi sehingga pencemar mudah tersebar. Utara Selatan Utara Selatan
  17. Kesimpulan • Sistem hidrogeologi di daerah ini tersusun atas akuifer

    tak tertekan yang berasal dari endapan gunungapi Gunung Kendang, Papandayan, Wayang-Windu, Pasir Panjang, dan Wareng. Batuan yang berperan menjadi akuifer adalah breksi, breksi-tuf, tuf, dan lava andesit. • Berdasarkan permenkes No. 492 tahun 2010 pasal 3 ayat 1 tentang baku mutu air minum, dari 58 titik mata air, terdapat 9 titik mata air memenuhi standar pH dan TDS. • Berdasarkan Purwanti dkk., (2006) nilai salinitas dari 58 titik mata air tergolong air tawar. • Kawasan pusat agronomi (Bagian utara-selatan Kertasari) memiliki kerentanan kontaminasi air tanah sedang (indeks: 42.85-52.90). Nilai divalidasi oleh perubahan warna, tingkat kekeruhan, dan nilai pH yang rendah. Kontaminasi tersebut diduga berasal dari aktivitas agronomi masyarakat. • Hasil observasi ini membuka peluang telaah lanjutan untuk mempelajari penyebaran kontaminasi secara rinci dengan observasi kandungan organik serta dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dalam jangka panjang. Kolaborasi dengan teknik lingkungan serta kesehatan masyarakat sangat penting untuk dilakukan.