Upgrade to Pro — share decks privately, control downloads, hide ads and more …

Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan...

Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran Daerah Pangalengan Bagian Selatan dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran Daerah Pangalengan Bagian Selatan dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Oleh:
Fadli Nurrohman Susena 12018033
Dosen Pembimbing:
Arif Susanto, S.T., M.T.
Dr. Dasapta Erwin Irawan, S.T., M.T.
Dr. Joko Nugroho

Dasapta Erwin Irawan

October 19, 2022
Tweet

More Decks by Dasapta Erwin Irawan

Other Decks in Research

Transcript

  1. Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran Daerah

    Pangalengan Bagian Selatan dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Oleh: Fadli Nurrohman Susena 12018033 Dosen Pembimbing: Arif Susanto, S.T., M.T. Dr. Dasapta Erwin Irawan, S.T., M.T. 1 Tugas Akhir B Lapangan Program Studi Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung 2022
  2. Kerangka Presentasi 01. Pendahuluan 02. Geologi Daerah Penelitian 03. Hidrogeologi

    Daerah Penelitian 04. Analisis Kualitas Air Tanah 05. Analisis Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran 06. Sintesis Geologi 07. Kesimpulan 2
  3. Latar Belakang 1. Kebutuhan air bersih meningkat seiring peningkatan jumlah

    penduduk. 2. Masyarakat bergantung pada air yang bersumber dari mata air sehingga diperlukan pengelolaan air yang baik dengan adanya penampungan (Gambar a). 3. Indikasi pencemaran air tanah oleh penggunaan pupuk di daerah perkebunan dan pertanian (Gambar c). 4. Indikasi adanya oksida besi (Gambar b). Pendahuluan // 4 MG-03 a b c
  4. Tujuan 1. Mengetahui kondisi geologi daerah penelitian meliputi geomorfologi, stratigrafi,

    struktur geologi, dan sintesis geologi di daerah Pangalengan bagian selatan. 2. Mengetahui kondisi hidrogeologi meliputi parameter fisik air tanah, satuan hidrogeologi, dan kualitas air tanah di daerah Pangalengan bagian selatan. 3. Mengetahui tingkat kerentanan air tanah terhadap pencemaran di daerah Pangalengan bagian selatan. Pendahuluan // 5
  5. Daerah Penelitian 1. Koordinat UTM ± 9193000 – 9201000 mN

    dan ± 783000- 790000 mE dengan Zona 48S. 2. Meliputi 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Pangalengan dan Kertasari, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut. 3. Luas daerah 56 km2 dengan rentang elevasi 1025 – 2075 mdpl. Pendahuluan // 6
  6. Tabulasi Data Pendahuluan // 8 No Data Jenis Data Jumlah

    Data Sumber 1 Parameter Fisik Mata Air (pH, TDS, EC, ORP, Salinitas, Temperatur) Primer 43 Pribadi 2 Parameter Fisik Mata Air (pH, TDS, EC, ORP, Salinitas, Temperatur) Sekunder 58 Suryajaya (2022) 3 Parameter Fisik Mata Air (pH, TDS, Temperatur) Sekunder 37 Estuaji (2021) 4 Parameter Fisik Mata Air (pH, TDS, Temperatur) Sekunder 52 Binadzier (2021) 5 Deskripsi Pengamatan Singkapan Primer 23 Pribadi 6 Deskripsi Pengamatan Singkapan Sekunder 103 Chandra (2016) 7 Debit Mata Air Primer 7 Pribadi 8 Digital Elevation Model (DEM) Sekunder 1 Badan Informasi Spasial (https;//tanahair.Indonesia.go.id/ demnas) 9 Curah Hujan Sekunder 1 CHIRPS (https://data.chc.ucsb.edu/produc ts/CHIRPS-2.0/) 10 Elevasi Muka Air Tanah (Sumur) Primer 4 Pribadi
  7. Fisiografi Regional Geologi // 10 Secara fisiografi, daerah penelitian masuk

    ke dalam Zona Gunungapi Kwarter (van Bemmelen (1949) dalam Martodjojo (1984)). Sumber: van Bemmelen (1949) Daerah Penelitian
  8. Satuan Geomorfologi Geologi // 15 Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Ujungan

    Mencakup 21% daerah penelitian Kemiringan Lereng : 8 - 55° Elevasi : 1650 – 1037,5 mdpl Litologi : Breksi Piroklastik Warna : hijau gelap (A) Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Haruman Kidul Selatan Utara Mencakup 37,5% daerah penelitian Kemiringan Lereng : 8 - 55° Elevasi : 1937,5 – 1325 mdpl Litologi : Breksi Piroklastik Warna : merah muda (B) A B C D E F G
  9. Satuan Geomorfologi Geologi // 16 Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Wareng

    Mencakup 5,5% daerah penelitian Kemiringan Lereng : 2 - 35° Elevasi : 1900 – 1550 mdpl Litologi : Breksi Piroklastik Warna : coklat terang (C) Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Kancana Mencakup 4% daerah penelitian Kemiringan Lereng : 16 - 55° Elevasi : 2075 – 1700 mdpl Litologi : Breksi Piroklastik Warna : ungu (D) Barat Timur Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Haruman Kidul A B C D E F G
  10. Satuan Geomorfologi Geologi // 17 Utara Selatan Dataran Antar Gunungapi

    Pangalengan Mencakup 26% Kemiringan Lereng : 0 - 30° Elevasi : 1612,5 – 1200 mdpl Litologi : Breksi Piroklastik Warna : hijau terang (E) Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Haruman Kidul A B C D E F G
  11. Satuan Geomorfologi Geologi // 18 Selatan Utara Kerucut Gunungapi Windu

    Mencakup 1,2% Kemiringan Lereng : 8 - 55° Elevasi : 1975 – 1675 mdpl Litologi : Andesit Warna : biru (G) Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Windu Mencakup 4% Kemiringan Lereng : 8 - 35° Elevasi : 1675 – 1537,5 Litologi : Breksi Piroklastik Warna : biru pirus (F) A B C D E F G Dataran Antar Gunungapi Pangalengan
  12. Tahapan Geomorfik Geologi // 19 Bentukan lembah sungai didominasi bentuk

    V yang tidak berkelok dan proses erosi dominan vertikal. Berdasarkan kriteria tahapan geomorfik (Davies, 1889 dalam Hugget, 2011), tahapan geomorfik daerah penelitian tergolong geomorfik muda.
  13. Satuan Breksi Piroklastik Aliran Kancana (Kca) Geologi // 22 Singkapan

    dijumpai di lereng bagian utara Gunung Kancana. Breksi piroklastik, coklat kekuningan, pemilahan buruk, kemas terbuka, butir menyudut tanggung, ukuran butir 0,5 cm – 1,5 m, komponen butiran (70%) terdiri dari andesit (60%) dan lapili (10%) dengan matriks (30%) berwarna coklat terang, terdiri dari gelas vulkanik berukuran debu kasar. Sumber: Satriana (2016) Keterangan: Mineral Opak (B5), Plagioklas (E2), Hornblenda (E7), dan Gelas Vulkanik (B2) CS-12 Titik singkapan
  14. Geologi // 23 Sumber: Satriana (2016) Singkapan dijumpai di daerah

    Desa Wanasuka. Andesit, abu-abu, porfiritik, fenokris (40%) terdiri dari plagioklas (15%), piroksen (15%), dan mineral opak (10%), berbentuk subhedral – anhedral, ukuran kristal 1 – 2 mm tertanam dalam massa dasar (60%) terdiri dari plagioklas (35%), gelas vulkanik (25%). Keterangan: Piroksen (A4), Plagioklas (B6), Mineral opak (B4), dan Gelas vulkanik (B2) Satuan Lava Andesit Wareng (Wrl) WNS-14 Titik singkapan Selatan Utara
  15. Geologi // 24 Sumber: Chandra (2016) Singkapan dijumpai di anak

    Sungai Cilaki di Desa Wanasuka. Breksi piroklastik, abu kecoklatan, pemilahan buruk, kemas terbuka, butir menyudut, ukuran butir lapili – blok (5 – 1200 mm), komponen butiran (60%) terdiri dari andesit dengan matriks (40%) berwarna coklat terang, terdiri dari kristal mika, hornblenda, dan gelas vulkanik berukuran debu kasar,. Baratlaut Tenggara Titik singkapan Satuan Breksi Piroklastik Aliran Wareng (Wra) BJS5-12
  16. Geologi // 25 Sumber: Chandra (2016) Singkapan dijumpai di kaki

    Gunung Karancang sebelah barat, daerah Desa Sukalaksana. Andesit, abu-abu, porfiritik, inequigranular, fenokris (40%) terdiri dari plagioklas (30%), piroksen (7%), hornblenda (3%), bentuk kristal euhedral - subhedral, ukuran kristal 0,5 – 1,75 mm, massa dasar (60%) terdiri dari plagioklas (42%), gelas vulkanik (10%), dan piroksen (8%). Timurlaut Baratdaya Titik singkapan Satuan Lava Andesit Ujungan (Ul) SLS-2
  17. Geologi // 26 Sumber: Chandra (2016) Singkapan dijumpai di Sungai

    Cilaki pada bagian timurlaut Gunung Ujungan. Batulapili, coklat kekuningan, pemilahan baik, kemas tertutup, butir menyudut tanggung, ukuran butir tuf kasar – lapili (1 – 6 mm), komponen butir (100%) terdiri dari litik andesit (80%)(Ltk), dan gelas vulkanik (20%)(Gls), berukuran lapili (1 – 4 mm), menyudut. Titik singkapan Satuan Batulapili Jatuhan Ujungan (Uj) UJG1-02
  18. Satuan Lava Andesit Haruman Kidul (Hl) Geologi // 27 Sumber:

    Chandra (2016) Singkapan dijumpai di anak Sungai Cilaki pada bagian timur Gunung Ujungan. Andesit, abu-abu, afanitik, tekstur hipokristalin, fenokris (20%) terdiri dari plagioklas (10%), mineral opak (10%), bentuk kristal euhedral, ukuran kristal 0,1 – 0,5 mm tertanam oleh masadasar (80%) terdiri dari plagioklas (40%), gelas vulkanik (20%), dan mineral opak (20%), mempunyai struktur vesikuler dan autobreksia. Titik singkapan UJG1-03
  19. Satuan Breksi Piroklastik Aliran Haruman Kidul (Ha) Geologi // 28

    Singkapan dijumpai di daerah Desa Wanasuka. Breksi piroklastik, coklat kekuningan, pemilahan buruk, kemas terbuka, butir menyudut tanggung, ukuran butir lapili – blok (40 – 240 mm), komponen butiran (55%) terdiri dari plagioklas (25%), gelas vulkanik (10%), kuarsa (5%), hornblenda (5%), biotit (5%), dan litik (5%), dengan matriks (45%) terdiri dari gelas vulkanik. Sumber: Chandra (2016) Timur Barat Titik singkapan WNS-05
  20. Satuan Tuf Jatuhan Pangalengan 1 (Pgj1) Geologi // 29 Plg

    Plg Hbl Hbl Gls Gls Sumber: Chandra (2016) Singkapan dijumpai di daerah Pasir Malang. Tuf, coklat, pemilahan buruk, kemas tertutup, komponen butir (10%) terdiri dari gelas (5%), kuarsa (3%), hornblenda (2%), plagioklas (2%), dan setempat mineral opak (1%), ukuran butir debu halus – kasar (0,2 - 1 mm), berbentuk menyudut tertanam dalam matriks (90%) berupa gelas vulkanik (80%) dan kuarsa (10%). PSM1-04 Titik singkapan
  21. Satuan Breksi Piroklastik Aliran Pangalengan (Pga) Geologi // 30 Sumber:

    Chandra (2016) Singkapan dijumpai di daerah Desa Margaluyu. Breksi piroklastik, coklat terang, pemilahan buruk, kemas terbuka, butir menyudut tanggung, ukuran butir lapili – blok (30 – 150 mm), komponen butiran (70%) terdiri dari andesit (60%) dan lapili (10%) dengan matriks (30%) berwarna coklat terang, terdiri dari gelas vulkanik berukuran debu halus. Keterangan: A: Sayatan fragmen andesit B: Sayatan matriks A B Utara Selatan Titik singkapan MGS-01
  22. Satuan Tuf Jatuhan Pangalengan 2 (Pgj2) Geologi // 31 Sumber:

    Chandra (2016) Singkapan dijumpai di daerah Sukamanah sebelah timur Situ Cileunca. Tuf, putih kecoklatan, pemilahan baik, kemas tertutup, komponen butir (20%) terdiri dari gelas (10%), kuarsa (5%), setempat litik (5%), ukuran butir debu halus (< 1 mm), berbentuk menyudut tertanam dalam matriks (80%) berupa gelas vulkanik. Titik singkapan MGM2-10
  23. Satuan Lava Andesit Windu (Wdl) Geologi // 32 Sumber: Chandra

    (2016) Singkapan dijumpai di kaki Gunung Windu daerah Desa Wanasuka. Andesit, abu-abu, porfiritik, inequigranular, fenokris (45%) terdiri dari plagioklas (35%), piroksen (10%), hornblenda (5%), bentuk kristal euhedral - subhedral, ukuran kristal 1 – 3 mm tertanam dalam massa dasar (55%) terdiri dari plagioklas (35%), gelas vulkanik (15%), dan piroksen (5%). Titik singkapan WIN1-01
  24. Satuan Breksi Piroklastik Aliran Windu (Wda) Geologi // 33 A

    B Singkapan dijumpai di kaki Gunung Windu. Breksi piroklastik, coklat, pemilahan buruk, kemas terbuka, butir menyudut, ukuran butir blok (40 – 2600 mm), komponen butiran (60%) terdiri dari andesit dengan matriks (40%) berwarna coklat terang, terdiri dari gelas vulkanik berukuran debu halus. Keterangan: A: Sayatan fragmen andesit B: Sayatan matriks Sumber: Chandra (2016) Titik singkapan WIN2-01
  25. Struktur Geologi Struktur batuan berdasarkan proses pembentukannya dapat dibagi menjadi

    2, yaitu struktur primer dan sekunder. - Struktur primer merupakan struktur yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan. - Struktur sekunder merupakan struktur yang terbentuk setelah batuan terbentuk. Geologi // 34 Struktur yang dijumpai pada daerah penelitian, antara lain: - Struktur primer : autobreksi. - Struktur sekunder : Sesar Turun Banjarsari, Sesar Menganan Citawa. Sumber : Encyclopædia Britannica, Inc.
  26. Struktur Geologi Primer Geologi // 35 Struktur geologi primer di

    daerah penelitian berupa autobreksi yang dapat dijumpai di anak Sungai Cihurangan. Sumber: Chandra (2016) UJG1-03
  27. Struktur Sesar Turun Banjarsari Geologi // 36 Bukti keberadaan sesar

    berdasarkan pada citra SRTM (a) dan pengamatan lapangan berupa keberadaan mataair dingin dan panas berjenis rekahan (b) di sekitar kelurusan zona sesar. b a c WN-11 Sumber: Chandra (2016)
  28. Struktur Sesar Menganan Citawa Geologi // 37 Bukti keberadaan sesar

    berdasarkan pada pengamatan lapangan berupa keberadaan singkapan alterasi di daerah Cibolang (a), solfatara di Kawah Windu, dan cermin sesar (b) dengan kedudukan N125°E/76° yang menunjukkan sesar menganan (Chandra, 2016). Barat Laut Tenggara Sumber: Chandra (2016) WNS-08 b a
  29. Geologi // 38 Struktur Kawah Gunung Windu Struktur collapse pada

    Gunung Windu disebabkan adanya aktivitas hidrotermal yang melemahkan batuan, rekahan yang memicu runtuhan saat letusan terjadi, serta Sesar Menganan Citawa menyisakan bentukan struktur melingkar. Bukti yang dapat dijumpai di lapangan berupa adanya solfatara dan alterasi yang intensif di sekitar Kawah Windu. Sumber: Chandra (2016)
  30. Hidrogeologi Pada daerah penelitian mempunyai tipologi sistem akuifer endapan gunungapi

    dengan jenis akuifer berupa akuifer tak tertekan/bebas yang dibatasi oleh akuiklud sebagai batas bawah lapisan. Jenis mataair di daaerah penelitian dapat dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan Fetter (2014), yaitu mataair depresi (a) dan mataair rekahan (b). Hidrogeologi // 41 WN-11 MG-01 a b Tipologi sistem akuifer endapan gunungapi (Sumber: Mandel (1981)) Skema akuifer bebas (Sumber: Mandel (1981))
  31. Akuifer Breksi Kancana Hidrogeologi // 44 Dijumpai 4 titik mataair

    yang terdiri dari mataair depresi (a) dan mataair rekahan dengan litologi berupa breksi piroklastik. 18.7 6.17 88 44 0 65 Suhu Air pH EC TDS Salinitas ORP 0 20 40 60 80 100 Nilai Parameter Fisik CSR-SR Titik singkapan berada di luar daerah penelitian Selatan Utara CSR-SR Sumber : Suryajaya (2022) a
  32. Akuifer Rekahan Andesit Wareng Hidrogeologi // 45 Dijumpai 4 titik

    mataair yang terdiri dari mataair depresi dengan litologi berupa andesit. 20.5 5.88 89 44 0 190 Suhu Air pH EC TDS Salinitas ORP 0 50 100 150 200 Nilai Parameter Fisik ST-01 Barat Timur ST-01 Timurlaut Baratdaya ST-02
  33. Akuifer Rekahan Andesit Ujungan Hidrogeologi // 46 Dijumpai 5 titik

    mataair yang terdiri dari mataair rekahan (a) dan mataair depresi (b) dengan litologi berupa andesit. Timurlaut Baratdaya Barat Timur SL-04 SL-01 22 6.65 102 56 0 113 Suhu Air pH EC TDS Salinitas ORP 0 20 40 60 80 100 120 Nilai Parameter Fisik SL-01 a b
  34. Akuifer Breksi Haruman Kidul Hidrogeologi // 47 Dijumpai 12 titik

    mataair yang terdiri dari mataair depresi dengan litologi berupa breksi piroklastik. 20.8 5.27 40 21 0 250 Suhu Air pH EC TDS Salinitas ORP 0 50 100 150 200 250 300 Nilai Parameter Fisik WN-21 Baratlaut Tenggara WN-16 Tenggara Baratlaut WN-21
  35. Akuifer Breksi-Tuf Pangalengan Hidrogeologi // 48 Dijumpai 12 titik mataair

    yang terdiri dari mataair depresi dengan litologi berupa breksi piroklastik dan tuf. Utara Selatan WN-03 23 5.54 200 100 0.01 222 Suhu Air pH EC TDS Salinitas ORP 0 50 100 150 200 250 Nilai Parameter Fisik MG-06 Barat Timur MG-06
  36. Akuifer Rekahan Andesit Windu Hidrogeologi // 49 Dijumpai 6 titik

    mataair yang terdiri dari mataair depresi (a) dan mataair rekahan (b) dengan litologi berupa andesit. 50 6.35 1114 580 0.05 123 Suhu Air pH EC TDS Salinitas ORP 0 200 400 600 800 1000 1200 Nilai Parameter Fisik WN-11 Baratlaut Tenggara WN-11 Barat Timur BJ-04 a b
  37. Data Sifat Fisik Air Tanah Kualitas Air Tanah // 51

    No Nama Northing (Y) Easting (X) Elevasi (mdpl) Suhu Permukaan (°C) Suhu Air (°C) pH EC (μs/cm) TDS (ppm) Salinitas (%) ORP (mV) Debit (L/s) Kedalaman (m) Keterangan 1 BJ-01 9200346 788853 1538 22,1 20 7,87 191 95 0 165 - 0 Mataair Dingin 2 BJ-02 (Cailiao) 9199727 788163 1500 24 21,3 6,52 98 49 0 168 - 0 Mataair Dingin 3 BJ-03 9199861 788274 1507 25,4 21,8 6,35 116 58 0 177 - 0 Mataair Dingin 4 BJ-04 9200373 788423 1610 22 19,1 7,42 74 38 0 179 - 0 Mataair Dingin 5 BJ-05 9198483 785288 1565 26,6 24,1 5,73 42 21 0 250 - 0 Mataair Dingin 6 MG-1 9201232 782891 1448 21,8 21,2 6,3 172 86 0 -12 - 0 Mataair Dingin 7 MG-2 9201225 782910 1451 21,8 20,9 6,85 151 75 0 -43 - 0 Mataair Dingin 8 MG-3 9201176 784072 1481 24 20,9 5,35 96 48 0 201 - 0 Mataair Dingin 9 MG-4 9200135 783717 1461 23,8 22,1 6,23 194 98 0 165 - 4 Sumur Bor 10 MG-5 9200109 783722 1461 26 21 5,73 159 79 0 194 - 0 Mataair Dingin
  38. Data Sifat Fisik Air Tanah Kualitas Air Tanah // 52

    No Nama Northing (Y) Easting (X) Elevasi (mdpl) Suhu Permukaan (°C) Suhu Air (°C) pH EC (μs/cm) TDS (ppm) Salinitas (%) ORP (mV) Debit (L/s) Kedalaman (m) Keterangan 11 MG-6 9199896 783787 1445 25,7 23 5,54 200 100 0,01 222 0,075 0 Mataair Dingin 12 MG-7 9199994 783800 1456 25,1 23 5,99 172 86 0 208 - 0 Mataair Dingin 13 ST-01 9196135 789520 1614 24,2 20,5 5,88 89 44 0 190 - 0 Mataair Dingin 14 ST-02 9196158 789595 1622 22,4 20,1 5,6 62 31 0 212 - 0 Mataair Dingin 15 WN-01 9198394 789065 1508 22 21,3 6,9 71 36 0 152 - 0 Mataair Dingin 16 WN-02 9198380 789048 1510 22 20,2 5,71 56 28 0 168 0,5 0 Mataair Dingin 17 WN-03 9198236 789188 1525 25,7 22,7 6,05 80 40 0 158 - 0 Mataair Dingin 18 WN-04 9198123 789211 1539 26,3 22,7 7,4 64 32 0 116 - 0 Mataair Dingin 19 WN-05 9198184 789206 1549 25,6 22,4 6,3 67 34 0 160 - 0 Mataair Dingin 20 WN-06 9198245 788946 1547 25,7 23,5 5,85 120 60 0 188 - 6 Sumur Bor
  39. Data Sifat Fisik Air Tanah Kualitas Air Tanah // 53

    No Nama Northing (Y) Easting (X) Elevasi (mdpl) Suhu Permukaan (°C) Suhu Air (°C) pH EC (μs/cm) TDS (ppm) Salinitas (%) ORP (mV) Debit (L/s) Kedalaman (m) Keterangan 21 WN-07 9196528 789024 1559 22,5 20,9 6,03 103 51 0 196 - 5 Sumur Bor 22 WN-08 9196607 789040 1558 22,5 20,6 5,82 56 28 0 204 - 5 Sumur Bor 23 WN-09 9199454 789073 1529 25 27 6,6 423 210 0,02 145 0,023 0 Mataair Dingin 24 WN-10 9199584 789104 1539 25 22,1 7,01 138 69 0 131 - 0 Mataair Dingin 25 WN-11 9199753 789079 1529 23,6 50 6,35 1114 580 0,05 123 0,022 0 Mataair Panas 26 WN-12 9198285 786247 1531 22 20 5,97 56 28 0 151 - 0 Mataair Dingin 27 WN-13 9198465 786104 1522 23,2 20,8 5,11 204 103 0,01 263 - 0 Mataair Dingin 28 WN-14 9198464 786108 1519 23,7 21,8 5,07 211 104 0,01 290 - 0 Mataair Dingin 29 WN-15 9198518 786584 1523 22,3 21 5,3 68 35 0 277 - 0 Mataair Dingin 30 WN-16 9198542 786601 1521 22,3 21,2 5,38 64 33 0 282 - 0 Mataair Dingin
  40. Data Sifat Fisik Air Tanah Kualitas Air Tanah // 54

    No Nama Northing (Y) Easting (X) Elevasi (mdpl) Suhu Permukaan (°C) Suhu Air (°C) pH EC (μs/cm) TDS (ppm) Salinitas (%) ORP (mV) Debit (L/s) Kedalam an (m) Keterangan 31 WN-17 9196396 786319 1432 26,2 21,4 7,71 74 34 0 158 - 0 Mataair Dingin 32 WN-18 9199803 789033 1513 22 24 7,84 1131 578 0,05 112 - 0 Mataair Dingin 33 WN-19 9197852 786381 1555 21 18,7 5,34 76 38 0 225 - 0 Mataair Dingin 34 WN-20 9197538 786302 1549 20,5 19,1 5,52 48 23 0 247 - 0 Mataair Dingin 35 WN-21 9197632 785993 1516 22,2 20,8 5,27 40 21 0 250 - 0 Mataair Dingin 36 WN-22 9198013 785488 1506 25,3 22 5,16 39 19 0 272 - 0 Mataair Dingin 37 WN-23 9198030 785476 1501 26,4 23,3 5,32 26 13 0 270 0,157 0 Mataair Dingin 38 SL-01 9194424 782940 1080 26 22 6,65 102 56 0 113 0,045 0 Mataair Dingin 39 SL-02 9194165 782747 1093 24 23 6,32 105 59 0 117 - 0 Mataair Dingin 40 SL-03 9194187 782767 1081 24,2 21 7,5 42 21 0 93 1 0 Mataair Dingin 41 SL-04 9193118 782534 1136 24 21,8 5,5 52 26 0 90 - 0 Mataair Dingin 42 SL-05 9195051 783495 1333 23,5 20 7,2 55 27 0 123 - 0 Mataair Dingin 43 SL-06 9195049 783515 1339 21 19 7,35 54 28 0 122 - 0 Mataair Dingin
  41. Kualitas Air Tanah // 55 Berdasarkan Permenkes No. 492 tahun

    2010 pasal 3 ayat 1, kadar pH yang diperbolehkan berkisar antara 6,5 hingga 8,5. pH Grafik distribusi nilai pH
  42. Kualitas Air Tanah // 56 Berdasarkan Permenkes No. 492 tahun

    2010 pasal 3 ayat 1, kadar maksimum TDS yang diperbolehkan adalah 500 ppm. Grafik distribusi nilai TDS Total Dissolved Solid (TDS)
  43. Kualitas Air Tanah // 57 Menurut Subba Rao dkk., (2012),

    EC dapat diklasifikasikan sebagai tipe I (pengayaan garam rendah) dengan nilai EC < 1.500 μS/cm; tipe II (pengayaan garam sedang) dengan nilai EC 1.500 –3.000 μS/cm; dan tipe III (pengayaan garam tinggi) dengan nilai EC > 3.000 μS/cm. Electrical Conductivity (EC) Grafik distribusi nilai EC
  44. Kualitas Air Tanah // 58 ORP mengukur kemampuan air untuk

    membersihkan dirinya sendiri atau memecah produk limbah seperti kontaminan. Semakin tinggi nilai ORP maka semakin banyak oksigen di dalam air. Oxidation Reduction Potential (ORP) Grafik distribusi nilai ORP
  45. Kualitas Air Tanah // 59 Berdasarkan klasifikasi salinitas European Commission

    (2011), air tanah di daerah penelitian tergolong air tawar karena bernilai antara 0 hingga 0,05%. Salinitas Grafik distribusi nilai salinitas.
  46. Kualitas Air Tanah // 60 Berdasarkan hasil hierarchical clustering, air

    tanah terbagi menjadi 2 jenis, mesothermal (air dingin) dan hyperthermal (air panas). Hierarchical Clustering
  47. Susceptibility Index (SI) Kerentanan Air Tanah // 62 Kerentanan air

    tanah merupakan kemampuan suatu air tanah dalam bertahan terhadap polusi dan kontaminan pada permukaan tanah sampai dengan muka air tanah atau pada daerah akuifer (Harter dan Walker, 2001). Parameter yang digunakan dalam metode SI dan bobotnya berdasarkan Bartzas (2015) adalah sebagai berikut: - Kedalaman muka air tanah (D) dengan bobot 0,186 - Imbuhan air tanah (R) dengan bobot 0,212 - Media Akuifer (A) dengan bobot 0,259 - Topografi atau kemiringan lereng (T) dengan bobot 0,121 - Penggunaan lahan (LU) dengan bobot 0,222 Nilai setiap parameter SI merupakan 10 kali dari nilai kelas di pada metode DRASTIC. Perhitungan dalam metode SI adalah sebagai berikut: Indeks SI = Dr Dw + Rr RW + Ar AW + Tr TW + LUr LUW
  48. Imbuhan Air Tanah (R) Kedalaman muka air tanah mempengaruhi kemampuan

    zat pencemar untuk mencemari air tanah. Semakin dekat dengan permukaan maka zat pencemar juga semakin mudah untuk mencemari air tanah. Kerentanan Air Tanah // 63 Kedalaman MAT (D) Intensitas curah hujan mempengaruhi jumlah kontaminan yang dapat menginfiltrasi tanah hingga masuk ke dalam sistem air tanah. Pembobotan niai kelas berdasarkan Aller dkk., (1987)
  49. Media Akuifer (A) Kerentanan Air Tanah // 64 Kemiringan Lereng

    (T) Setiap litologi mempunyai nilai permeabilitas dan porositas yang berbeda. Oleh sebab itu, semakin besar nilai permeabilitas suatu batuan maka kontaminan dapat dengan mudah berpindah tempat. Semakin curam lereng maka semakin lama kontaminan menjadi limpasan di permukaan begitu juga sebaliknya. Pembobotan niai kelas berdasarkan Aller dkk., (1987)
  50. Kerentanan Air Tanah // 65 Tata Guna Lahan (LU) Sumber

    kontaminan biasanya berasal dari aktivitas manusia yang dapat berupa permukiman, pertanian, perkebunan, dan lain sebagainya. Pembobotan niai kelas berdasarkan Ribeiro dkk. (2000) dalam Bartzas dkk. (2015)
  51. Kerentanan Air Tanah // 66 Peta Kerentanan Air Tanah terhadap

    Pencemaran Berdasarkan 5 parameter yang telah analisis menggunakan metode SI, daerah penelitian dibagi menjadi 5 rentang nilai, diantaranya: - Sangat rendah (44,8 – 48,93) - Rendah (48,94 – 60,21) - Sedang (60,22 – 70,53) - Tinggi (70,54 – 74,82) - Sangat tinggi (74,83 – 85,3) Daerah dengan kerentanan tinggi mendominasi di bagian utara hingga timur.
  52. Kerentanan Air Tanah // 67 Validasi di Lapangan Nilai kerentanan

    terhadap pencemaran di daerah penelitian berkisar antara 44,8 hingga 85,3 dan didominasi oleh batuan piroklastik yang mana memiliki nilai permeabilitas dan porositas yang tinggi sehingga zat pencemar dapat dengan mudah tersebar. Barat Timur SL-01 Utara Selatan MG-07
  53. Tahap 1 Sintesis Geologi // 69 Tahap pertama terjadi pada

    Plistosen Awal, ketika aktivitas vulkanisme terjadi di daerah selatan daerah penelitian yaitu di Gunungapi Kancana sebagai pusat erupsi. Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi dan infiltrasi pada daerah Gunung Kancana.
  54. Tahap 2 Sintesis Geologi // 70 Aktivitas vulkanisme dari Gunung

    Kancana berlangsung pada lereng bagian utara yang menyebabkan terjadinya erupsi samping Gunung Wareng yang menghasilkan produk lava andesit (Wrl) dan aliran piroklastik (Wra). Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi dan infiltrasi pada daerah Gunung Wareng. 1 2
  55. Tahap 3 Sintesis Geologi // 71 Aktivitas vulkanisme bergeser ke

    arah barat yaitu Gunung Ujungan sebagai pusat erupsi baru. Erupsi yang terjadi bersifat efusif menghasilkan produk aliran lava (Ul) dan produk jatuhan piroklastik (Uj). Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi dan infiltrasi pada daerah Gunung Ujungan. 1 2
  56. Tahap 4 Sintesis Geologi // 72 Selanjutnya vulkanisme bergeser ke

    arah timur tepatnya pada Kawah Haruman Kidul yang bersifat erupsi pusat. Erupsi yang terjadi bersifat eksplosif menghasilkan aliran piroklastik (Ha) dan aliran lava andesit (Hl). Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi dan infiltrasi pada daerah Gunung Haruman Kidul. 1 2
  57. Tahap 5 Sintesis Geologi // 73 Aktivitas vulkanisme dari gunungapi

    di sekitar dataran Pangalengan seperti Gunung Kendang, Gunung Kuda, Gunung Tilu, dan Gunung Lamajang yang menghasilkan endapan jatuhan (Pgj1 dan Pgj2) serta piroklastik aliran (Pga). Kemudian terjadi sesar berarah utara-selatan pada bagian timur daerah penelitian berupa Sesar Turun Banjarsari. Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi dan infiltrasi pada daerah dataran Pangalengan serta terbentuknya Sesar Turun Banjarsari pada Akuifer Breksi Pangalengan yang menerus ke arah selatan. 1 2 3 4 A B
  58. Tahap 6 Sintesis Geologi // 74 Aktivitas vulkanisme berlangsung pada

    bagian timur daerah penelitian yaitu pada Gunung Windu sebagai pusat erupsi yang menghasilkan produk berupa lava andesit (Wdl) dan aliran piroklastik (Wda) pada 0,1 juta tahun yang lalu (Bogie dan Mackanzie, 1998). Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi dan infiltrasi pada daerah Gunung Windu.
  59. Tahap 7 Sintesis Geologi // 75 Pembentukan sesar mendatar pada

    daerah penelitian dengan arah baratlaut-tenggara. Pembentukan sesar diakibatkan adanya tegasan utama yang terjadi di Pulau Jawa berarah utara-selatan sejak Pliosen (Alzwar dkk., 1992). Sesar Menganan Citawa terbentuk yang menyebabkan terbentuknya zona permeabel sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi fluida hidrotermal yang menyebabkan batuan mengalami alterasi menjadi lebih lunak di daerah Kawah Windu. Terbentuknya zona permeabel yang ditunjukkan oleh kehadiran mataair jenis rekahan ketika pembentukan Sesar Citawa.
  60. Tahap 8 Sintesis Geologi // 76 Kondisi geologi daerah penelitian

    saat ini memungkinkan terbentuknya zona permeabel akibat struktur geologi maupun kontak antar litologi yang ditunjukkan oleh kehadiran mataair. Proses eksogen seperti erosi dan pelapukan menyebabkan munculnya mataair berjenis mataair depresi di permukaan.
  61. - Daerah penelitian dibagi menjadi 7 satuan geomorfologi, antara lain:

    Kerucut Gunungapi Windu, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Windu, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Wareng, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Kancana, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Haruman Kidul, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Ujungan, dan Dataran Antar Gunungapi Pangalengan. Tahapan geomorfologi daerah penelitian tergolong tahapan geomorfologi muda. - Daerah penelitian dibagi menjadi 12 satuan geologi dengan urutan tua ke muda, antara lain: Satuan Breksi Piroklastik Aliran Kancana (Kca), Satuan Lava Andesit Wareng (Wrl), Satuan Breksi Piroklastik Aliran Wareng (Wra), Satuan Lava Andesit Ujungan (Ul), Satuan Batulapili Jatuhan Ujungan (Uj), Satuan Lava Andesit Haruman Kidul (Hl), Satuan Breksi Piroklastik Aliran Haruman Kidul (Ha), Satuan Tuf Jatuhan Pangalengan 1 (Pgj1), Satuan Breksi Piroklastik Aliran Pangalengan (Pga), Satuan Tuf Jatuhan Pangalengan 2 (Pgj2), Satuan Lava Andesit Windu (Wdl), dan Satuan Breksi Piroklastik Aliran Windu (Wda). Kesimpulan Kesimpulan // 78
  62. Kesimpulan // 79 Kesimpulan - Daerah penelitian dibagi menjadi 6

    satuan hidrogeologi, antara lain: Akuifer Breksi Kancana, Akuifer Rekahan Andesit Wareng, Akuifer Rekahan Andesit Ujungan, Akuifer Breksi Haruman Kidul, Akuifer Rekahan Breksi-Tuf Pangalengan, dan Akuifer Rekahan Andesit Windu. - Berdasarkan Permenkes No, 492 Tahun 2010 pasal 3 ayat 1 terkait baku mutu air minum, dari 43 titik mataair, terdapat 12 titik mataair yang memenuhi standar pH dan TDS yaitu BJ-02, WN-09, SL-01, WN-01, WN-10, SL-05, SL-06, WN-04, BJ-04, SL-03, WN-17, dan BJ-01. - Berdasarkan klasifikasi EC oleh Subba Rao dkk., (2012), semua titik mataair tergolong tipe I dengan tingkat pengayaan garam rendah. - Berdasarkan nilai ORP nya, terdapat 20 titik mataair dengan nilai yang tinggi menandakan tingkat oksidasi yang kuat.
  63. Kesimpulan Kesimpulan // 80 - Berdasarkan klasifikasi salinitas European Commission

    (2011), air tanah di daerah penelitian termasuk ke dalam air tawar. - Daerah dengan tingkat kerentanan sangat rendah dan rendah berada pada daerah barat hingga tenggara, kerentanan sedang berada pada daerah baratdaya, kerentanan tinggi dan sangat tinggi berada di daerah baratlaut hingga timur daerah penelitian, Daerah dengan tingkat kerentanan yang tinggi divalidasi oleh kondisi mataair yang keruh serta tidak memenuhi persyaratan baku mutu air minum yang baik. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan antropogenik dengan litologi dominan batuan piroklastik yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik.
  64. Daftar Pustaka Kesimpulan // 81 Aller, L. (1985): DRASTIC: a

    standardized system for evaluating ground water pollution potential using hydrogeologic settings. Robert S. Kerr Environmental Research Laboratory, Office of Research and Development, US Environmental Protection Agency. Alzwar, M., Akbar, N., dan Bachri, S. (1992): Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, skala 1: 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, ESDM, Bandung. Bartzas, G., Tinivella, F., Medini, L., Zaharaki, D., dan Komnitsas, K. (2015): Assessment of groundwater contamination risk in an agricultural area in north Italy, Information Processing in Agriculture, 2(2), 109–129. https://doi.org/10.1016/j.inpa.2015.06.004 Bogie, I., dan Mackenzie. (1998): The Application of a Volcanic Facies Model to an Andesitic Stratovolcano Hosted Geothermal System at Wayang Windu Java Indonesia, In Proceeding 20th NZ Geothermal Workshop, 265-270. Brahmantyo, B., dan Salim, B. (2006): Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1: 25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan Ruang, Jurnal Geoaplika, 1(2), 71-79. European Commission. Directorate General for the Environment (2011): Technical guidance for deriving environmental quality standards. Guidance document. No 27, Publications Office, LU. Fauzi, A., Permana, H., Indarto, S., dan Gaffar, E. Z. (2015): Regional structure control on geothermal systems in West Java Indonesia, In Proceedings World Geothermal Congress. Fetter, C. W. (2001): Applied hydrogeology, Upper Saddle River, N.J: Prentice Hall. Fetter, C. W., Boving, T., dan Kreamer, D. (2018): Contaminant hydrogeology (Third edition), Waveland Press, Inc, Long Grove, Illinois, 647. Freeze, R. A., dan Cherry, J. A. (1979): Groundwater, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N.J, 604. Harter, T., dan Walker, L. G. (2001): Assessing vulnerability of groundwater (Vol. 3). California. Huggett, R. J. (2017): Fundamentals of geomorphology (Routledge fundamentals of physical geography series, Fourth edition), Routledge, Taylor & Francis Group, London ; New York, 543. Irawan, D.E. dan Puradimaja, D.J. (2012): Lembar kerja: panduan hidrogeologi umum (GL-2121) Bandung, Kelompok Keahlian Geologi Terapan.
  65. Daftar Pustaka Kesimpulan // 82 Martodjojo, S. (1984): Evolusi Cekungan

    Bogor, Disertasi Program Doktor, Institut Teknologi Bandung. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Soetrisno, S. (1983): Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Bandung skala 1:250.000, Direktorat Geologi Tata Lingkungan Bandung. Stigter, T. Y., Ribeiro, L., dan Dill, A. M. M. C. (2006): Evaluation of an intrinsic and a specific vulnerability assessment method in comparison with groundwater salinisation and nitrate contamination levels in two agricultural regions in the south of Portugal, Hydrogeology Journal, 14(1–2), 79–99. https://doi.org/10.1007/s10040-004-0396-3. Subba Rao, N., Subrahmanyam, A., Ravi Kumar, S., Srinivasulu, N., Babu Rao, G., Rao, P. S., dan Reddy, G. V. (2012): Geochemistry and quality of groundwater of Gummanampadu sub-basin, Guntur District, Andhra Pradesh, India. Environmental Earth Sciences, 67(5), 1451-1471. Sudarto, Retnowaty, S.F., Fitri, Y., dan Suroso, A. (2015): Uji pH dan Fisis Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Jurnal Photon, 5(2). van Bemmelen, R. V. (1949): The Geology of Indonesia, vol. IA: General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, The Hague, Martinus Nijhoff, 1. Wetzel, R. G. (2001): Limnology: lake and river ecosystems (3rd ed), Academic Press, San Diego, 1006. Zahra, S. F., Putranto, T.T., dan Muhammad, F. (2021): Penilaian Kualitas Airtanah untuk Air Minum dan Air Irigasi di Kota Banjarbaru dan sekitarnya, Jurnal Geosains dan Teknologi, 4(2). Pustaka dari situs internet: Badan Informasi Geospasial (2018): DEMNAS. Diperoleh melalui situs https://tanahair.indonesia.go.id/demnas/#/demnas, diakses pada tanggal 25 April 2022. Data Curah Hujan: CHIRPS. Diperoleh melalui situs https://data.chc.ucsb.edu/products/CHIRPS-2.0/, diakses tanggal 6 Mei 2022.